Apa yang Kau Tanam,
Itu yang Akan Kau Tuai
apa
yang kau petik sekarang itu adalah hasil dari apa yang selama ini kau tanam.
Benih-benih yang kau sirami dalam hidup mu secara terus menerus akan tumbuh dan
menghasilkan buah yang nantinya akan kau petik dan nikmati.
Seperti
hal nya dengan sikap mu selama ini. jika saja kau bebuat baik niscaya kau akan
selalu mendapatkan kebaikan dari sekitarmu. Saya pernah ingat ada salah satu
ayat di alqur’an yang menjelaskan bahwa berbuat baiklah, mudahkan seseorang
yang sedang kesulitan maka lihatlah kau pun akan dimudahkan oleh Allah. Jika
kita berbuat baik kepada sesama tanpa kita sadari kebaikan selalu ada di sisi
kita. Tergantung bagimana hati kita menyikapi suatu hal, akan lebih baik bila
kita terus berprasangka baik terhadap sesama terutama kepada Sang Pencipta
kita.
Bagaimana
jika kita dijahati seseorang? Pasti ada rasa geram dan seperti teriris pisau
bila kita disakiti oleh seseorang, ada rasa anyeri yang luar biasa dalam jika
itu terjadi pada kita. Solusinya bila kita menghadapi situasi tersebut adalah
dengan rasa sabar dan jangan pernah mencoba untuk membalasnya. Sampai benar
semesta menghukum perbuatan keji tersebut, alangkah baiknya kita stand on the
right side. Biarkan alam yang bekerja, biarlah waktu yang akan membela. Namun,
jangan sampai kita mau terinjak-injak begitu saja.. kejujuran dan ketulusan
pada kita akan menjadi pelajaran yang akan menampar seseorang yang telah
menyakiti kita. Teruslah berbuat baik, tulus ikhlas dalam membantu sesama.
Seseorang
melakukan suatu hal pasti ada alasannya. Seperti kasus yang terjadi dengan
seorang wanita separuh baya yang hidupnya jauh dari rasa syukur. Harta yang
cukup selama ini selalu dianggapnya kurang. Padahal, orang lain memandang bahwa
dia sudah berkecukupan. Namun, dia selalu menggerutu merasa kurang. Bila mendapatkan
rezeki, selalu dipergunakan untuk membeli sampah. Misalnya saja, untuk beli
tas, sepatu, baju, boneka, guci, dan sederet barang-barang sekunder yang tak
ada nilai investasinya. Rumah yang dihuninya pun sesak dan penuh oleh
barang-barang tersebut. Tas berjibun diletakkan dilemari kaca supaya terlihat
bahwa dia adalah pengoleksi tas. Sepatu berjibun dilemari kaca dan tertata
rapi. Sepatu-sepatu tersebut beraneka macam warna dan bentuk. Entah itu di
pakainya kapan, who knows? Boneka-boneka pun banyak terpajang ditiap sudut
rumah. Vas bunga banyak berdiri diatas lemari dan meja. Baju berjubel dilemari.
Dan sederet barang-barang yang kurang penting ada dirumahnya. Tv pun ditiap
ruangan ada. Dia suka membelanjakan apa yang sudah dia punyai. Saya kurang tahu
maksud tujuannya apa. Mungkin saja kebahagiaan hadir dalam setiap uang selalu
dia hamburkan untuk membeli barang-barang sekunder dan tersier. Penghasilannya
pun cukup. Tidak lebih dan tidak kurang.
Bila
memang itu kebahagiaanya, kenapa selalu saja masih kurang? Mungkinkah karena
sering mendongak keatas dan merasa kurang dengan apa yang dia punyai selama
ini. rasa iri telah menjelma menyelimuti hatinya. Buktinya saja, ketika ada
sodaranya memiliki barang-barang mewah (maklum, horang kaya) dia selalu saja kepanasan
bak terbakar api, dan tanpa babibu keesokan harinya dia membeli barang yang
sama persis dengan sodaranya itu. Ditangannya rentetan emas bergelambir di
kulit. Dileher pun bentuk kalung berubah-ubah. Hutang dimana-mana dan terus
saja gali lubang tutup lubang.
Untuk
sikapnya selama ini, ada satu yang kurang berkenan di hati orang lain. Sebab,
mulutnya hanya satu tapi sudah bercabang kemana-mana. apa yang selama ini
diasumsikan tersebar luas di khalayak publik. Entah itu berita benar atau
rekayasanya, dia beberkan untuk mendapatkan perhatian orang. Nah, sikap ini
yang paling tidak disukai oleh orang-orang terdekatnya. Terkadang memicu
konflik karena menyebarkan informasi-informasi yang sering ditambah-tambahi
ataupun dikurangin.
Manusia
memang tak pernah terlepas dari rasa salah karena manusia hanyalah sebatas
mahluk Tuhan dan jauh dari kata sempurna. Akan lebih ksatria bila salah mau
mengakui kesalahannya. Namun,dia memang unik. Sudah jelas tertangkap basah
melakukan kesalahan tapi tak mau mengakui. Ujung-ujungnya nangis tersedu-sedu
karena sepenangkap saya,dia selalu berpikir berlebihan. Hati yang terlalu
sensitif dipadukan dengan pemikiran yang mengada-ada dan berlebihan menjurus ke
pikiran negatif. Istilahnya adalah terlalu berpikiran sempit.
Terkadang
geram dengan sikapnya selama ini karena terus membual apa yang tidak ada.
Kuping para pendengar pun sudah kebal. Sulit membedakan dimana ketika dia
berbicara jujur atau bohong. Sebab, kepercayaan dari seseorang akan hancur bila
pernah berbohong berkali-kali.
Dan
sekarang, sikap yang ia tanam pun akhirnya berbuah. Dia bisa memetik buah yang
selama ini dia pelihara. Namun sayang, buahnya tidak manis melainkan kecut. Dia
sekarang kalangkabut dengan tragedi yang menimpa dirinya. Karena hedonisme yang
tinggi dalam dirinya, tak segan menyeret suami kedalam lubang kegelapan. Untuk
menuruti kemauan istrinya, sang suami pun terseret dalam kasus penggelapan
uang. Hatinya tertutup rapat untuk menuruti kemauan istrinya yang berwatak
keras dan harus dituruti apa kemauannya.
Sekarang
dia dan suami pun berusaha mengumpulkan pundi-pundi uang untuk mengganti apa
yang sudah ia makan dan menjadikan barang-barang konsumsi pribadi. Uang mudah
dicari, tapi kepercayaan dari orang terdekat akan sirna dengan kejadian ini.
hasilnya, sang suami dan istri ini pun sudah tidak bisa dipercaya lagi oleh
orang-orang yang telah memberikannya amanat. Tentu saja itu mencoreng nama baik
keluarga besarnya. Saudara-saudaranya pun sangat malu nama keluarga besar
tercoreng dimata umum karena kelakuannya.
Kejadian
ini sebagai pelajaran bagi kita semua; bukankah hidup sederhana dan bercukupan
lebih indah daripada ingin selalu terlihat mewah dimata orang? Sebab, hidup
yang indah adalah dikala rasa syukur menyelimuti hati kita dan melindungi rumah
kita. Bagaimana rasa syukur itu tercipta? Terus berterima kasih atas rejeki
yang telah diatur oleh Tuhan untuk kita dan tak perlulah tengok kanan kiri
melihat harta tetangga kita. Syukuri apa yang kita punya. Sebab rejeki orang
kan berbeda-beda. Tuhan mengaturnya sedemikian rupa karena kemampuan kita dalam
menjaga harta yang telah dititipkanNya. Harta sama juga dengan amanat dari
Tuhan. Tentu akan dilihat bagaimana kita menggunakan harta itu untuk apa dan
nantinya pun akan di pertanggung jawabkan.
Dan
dunia ini tidak perlulah orang pintar, cukup orang jujur saja akan membawa
kedamaian dalam hidup ini. tidak usah memutar balikkan fakta kalau
ujung-ujungnya jadi fitnah.lidah memang tidak bertulang tapi terkadang itu
lebih tajam dibandingkan pisau. Jadi hati-hati dalam berbicara dan menyampaikan
informasi kepada orang lain. Tak usah ada bumbu-bumbu yang membuat informasi
makin enak untuk disantap. Jujur apa adanya tak perlu ditambah-tambahi.
Terus
menatap kaca untuk intropeksi diri, bukan membanggakan diri yang berujung pada
kesombongan. Tetap ingat, kita hanya manusia biasa yang selalu melakukan
kesalahan. Dan tugas kita adalah terus memperbaiki diri untuk kehidupan yang
lebih baik.
😀😌😆😄
https://www.kompasiana.com/amiyria/560cede9b09273210984a048/apa-yang-kau-tanam-itu-yang-akan-kau-tuai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar